Minggu, 04 Mei 2008

Selasa, 2008 April 29

Tugas 2 Bimbingan Konseling
A. Buatlah suatu instrumen wawancara/daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui;
1. MOTIF dan MOTIVASI klien/siswa dalam belajar.
- apakah Anda sebagai peserta didik termotivasi untuk belajar dari pengaruh luar, khususnya pengaruh lingkungan konformitas (kelompok)?
- adakah probelamtika yang ringan atau berat dalam proses belajar Anda?
- apakah motif anda belajar dalam rangka persaingan, dalam hal ini adalah persaingan yang positif?
- apakah guru-guru di sekolah Anda selalu memberikan dorongan motivasi kepada Anda agar prestasi belajar di sekolah meningkat?
- bagaimana sikap keluarga Anda dalam meningkatkan motivasi belajar?
2. POTENSI BAWAAN klien/siswa dalam meraih kesuksesan dan kebahagiaan hidupnya.
- bagaimana Anda meningkatkan potensi yang terpendam dalam diri Anda?-
perlukah bagi Anda untuk mengolah talenta yang telah muncul dari diri Anda untuk terus mengembangkannya menjadi identitas diri Anda?
- Percayakah Anda terhadap diri sendiri dalam menentukan masa depan dengan kekurangan ataupun kelebihan yang Anda miliki?
- pentingkah bagi Anda untuk mengetahui potensi Anda miliki?
- apa yang akan Anda lakukan bila karier (dari potensi yang ada) yang Anda bina menemui kegagalan?
3. PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR klien/siswa.
- pernahkah kondisi lingkungan sekitar Anda mengganggu proses belajar Anda?
- Apakah keadaan ruang belajar Anda dapat mempengaruhi kegiatan belajar?
- apakah suara-suara seperti, musik, orang-orang tertawa, televisi, dapat menggangu kegiatan belajar Anda?
- apakah Anda menyukai situasi yang tenang atau malah situasi yang penuh hingar bingar seperti suara musik yang keras?
- pernahkah keadaan temperatur udara mempengaruhi kegiatan belajar Anda?4. KEUNIKAN PRIBADI klien/siswa
- apakah karakter diri yang Anda punya sedikit atau berpengaruh pada keadaan jiwa Anda sebagai peserta didik?
- malukah Anda pada keunikan diri Anda yang punya?
- bagaimana cara Anda untuk memosisikan keunikan diri Anda terhadap siswa-siswa yang lain?
- apakah Anda yakin bahwa keunikan yang Anda punyai dapat membuat diri Anda lebih sukses di kemudian hari?
- apakah temang-teman Anda menghargai keunikan yang Anda punyai atau malah menjadi jurang pemisah untuk berinteraksi?
B. Jelaskan teori belajar seperti di bawah ini;
1. Teori belajar Behaviorisme.
1. John Watson (1878-1958)
Setelah memperoleh gelar master dalam bidang bahasa (Latin dan Yunani), matematika, dan filsafat di tahun 1900, ia menempuh pendidikan di University of Chicago. Minat awalnya adalah pada filsafat, sebelum beralih ke psikologi karena pengaruh Angell. Akhirnya ia memutuskan menulis disertasi dalam bidang psikologi eksperimen dan melakukan studi-studi dengan tikus percobaan. Tahun 1903 ia menyelesaikan disertasinya. Tahun 1908 ia pindah ke John Hopkins University dan menjadi direktur lab psi di sana. Pada tahun 1912 ia menulis karya utamanya yang dikenal sebagai ‘behaviorist’s manifesto’, yaitu “Psychology as the Behaviorists Views it”.Dalam karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari aliran behaviorisme:Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science. Posisinya setara dengan ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di dalamnyaSejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai natural science. Salah satu halangannya adalah keputusan untuk menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek psikologi. Oleh karenanya kesadaran/mind harus dihapus dari ruang lingkup psi.Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.Pandangan utama Watson:Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology). Yang dimaksud dgn stimulus adalah semua obyek di lingkungan, termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada yang overt dan covert, learned dan unlearnedTidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku. Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting (lihat pandangannya yang sangat ekstrim menggambarkan hal ini pada Lundin, 1991 p. 173). Dengan demikian pandangan Watson bersifat deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal, bukan berdasarkan free will.Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja. Baginya, mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi bukan berarti bahwa Watson menolak mind secara total. Ia hanya mengakui body sebagai obyek studi ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini adalah ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. [Pada titik ini sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total terhadap konsep soul dan mind. Tidak heran bila pandangan ini di awal mendapat banyak reaksi keras, namun dengan berjalannya waktu behaviorisme justru menjadi populer.]Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi harus menggunakan metode empiris. Dalam hal ini metode psikologi adalah observation, conditioning, testing, dan verbal reports.Secara bertahap Watson menolak konsep insting, mulai dari karakteristiknya sebagai refleks yang unlearned, hanya milik anak-anak yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.Sebaliknya, konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandangan Watson, juga bagi tokoh behaviorisme lainnya. Habits yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh dua hukum utama, recency dan frequency. Watson mendukung conditioning respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike. Maka habits adalah proses conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada percobaan phobia (subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson punya banyak kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike salah.Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan dengan William James. Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu digunakan/dilakukan. Dengan kata lain, sejauhmana sesuatu dijadikan habits. Faktor yang menentukan adalah kebutuhan.Proses thinking and speech terkait erat. Thinking adalah subvocal talking. Artinya proses berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara yang ‘tidak terlihat’, masih dapat diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture lainnya.Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adlaah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol.2. Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasic) Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Cognitive Development Theory)Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interksi yangterus menerus antara individu dengan lingkungan.Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara alami fikiran pembelajar mulai anak-anak sampai dewasa. Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari analisa perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah seperti system kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi.Menurut Piaget ada tiga perbedaan cara berfikir yang merupakan prasyarat perkekmbangan operasi formal, yaitu; gerakan bayi, semilogika, praoprasional pikiran anak-anak, dan operasi nyata anak-anak dewas.Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu :1) lingkungan fisik2) kematangan3) pengaruh sosial4) proses pengendalian diri (equilibration)(Piaget, 1977)Tahap perkembangan kognitif :1) Periode Sensori motor (sejak lahir – 1,5 – 2 tahun)2) Periode Pra Operasional (2-3 tahun sampai 7-8 tahun)3) Periode operasi yang nyata (7-8 tahun sampai 12-14 tahun)4) Periode operasi formalKunci dari keberhasilan pembelajaran adalah instruktur/guru/dosen/guru harus memfasilitasi agar pembelajar dapat mengembangkan berpikir logis.3. Teori Belajar GestaltTeori Belajar GestaltGestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; danKetertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
4. Teori Belajar Alternatif Konstruksivisme.
Teori Belajar Alternatif KonstruktivismeTeori belajar alternatif konstruktivisme merupakan teori pembelajaran yang kini banyak dianut di kalangan pendidikan di AS. Unsur terpenting dalam konstruktivistik adalah kebebasan dan keberagaman. Kebebasan yang dimaksud ialah kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan pa yang mampu dan mau dilakukan oleh si belajar. Keberagaman yang dimaksud adalah si belajar menyadari bahwa individunya berbeda dengan orang/kelompok lain, dan orang/kelompok lain berbeda dengan individunya.Menurut Konstruktifisme semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi kita sendiri. Maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada orang lain.Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada pebelajar.Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu: (1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman social, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalamanHakikat pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks & Brooks dalam Degeng mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si belajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergentung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.1. Aspek-aspek Pembelajaran KonstruktivistikFornot mengemukakan aspek-aspek konstruktivitik sebagai berikut: adaptasi (adaptation), konsep pada lingkungan (the concept of envieronmet), dan pembentukan makna (the construction of meaning). Dari ketiga aspek tersebut oleh J. Piaget bermakna yaitu adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru perngertian orang itu berkembang.Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bias jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidaksetimbangan (disequilibrium). Akibat ketidaksetimbangan itu maka tercapailah akomodasi dan struktur kognitif yang ada yang akan mengalami atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidaksetimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.Tingkatan pengetahuan atau pengetahuan berjenjang ini oleh Vygotskian disebutnya sebagai scaffolding. Scaffolding, berarti membrikan kepada seorang individu sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan pembelajar dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upayanya memecahkan permasalahan, yaitu (1) siswa mencapai keberhasilan dengan baik, (2) siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan, (3) siswa gagal meraih keberhasilan. Scaffolding, berarti upaya pembelajar untuk membimbing siswa dalam upayanya mencapai keberhasilan. Dorongan guru sangat dibutuhkan agar pencapaian siswa ke jenjang yang lebih tinggi menjadi optimum.Konstruktivisme Vygotskian memandang bahwa pengetahuan dikonstruksi secara kolaboratif antar individual dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap individu. Proses dalam kognisi diarahkan memalui adaptasi intelektual dalam konteks social budaya. Proses penyesuaian itu equivalent dengan pengkonstruksian pengetahuan secara intra individual yakni melalui proses regulasi diri internal. Dalam hubungan ini, para konstruktivis Vygotskian lebih menekankan pada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual.Dua prinsip penting yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah: (1), mengenai fungsi dan pentingnya bahasa dalam komunikasi social yang dimulai proses pencanderaan terhadap tanda (sign) sampai kepada tukar menukar informasi dan pengetahuan, (2) zona of proximal development. Pembelajar sebagai mediator memiliki peran mendorong dan menjembatani siswa dalam upayanya membangun pengetahuan, pengertian dan kompetensi.Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat pembelajaran sosiakultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan social pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, funsi kognitif manusia berasal dari interaksi social masing-masing individu dalam konteks budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zona of proximal development mereka. Zona of proximal development adalah daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.Pengetahuan dan pengertian dikonstruksi bila seseorang terlibat secara social dalam dialog dan aktif dalam percobaan-percobaan dan pengalaman. Pembentukan makna adalah dialog antar pribadi.dalam hal ini pebelajar tidak hanya memerlukan akses pengalaman fisik tetapi juga interaksi dengan pengalaman yang dimiliki oleh individu lain. Pembelajaran yang sifatnya kooperatif (cooperative learning) ini muncul ketika siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar yang diinginka oleh siswa. Pengelolaan kelas menurut cooperative learning bertujuan membantu siswa untuk mengembangkan niat dan kiat bekerja sama dan berinteraksi dengna siswa yang lain. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas yaitu: pengelompokan, semangar kooperatif dan penataan kelas.
Diposting oleh sastrawan di 02:49 0 komentar
Minggu, 2008 Maret 16

Perkembangan Remaja
Minggu, 04 Desember 2005SEMARANGGaul Bebas dan Dugem, Remaja Masa Kini?Pacaran sudah identik dengan remaja. Benarkah? Kalau nggak pacaran nggak gaul, kuno, dan ketinggalan zaman. Begitu pentingkah pacaran di usia muda? Apa sih arti pacar? Anak SD kelas 4 aja tau, bahkan anak cacat mental aja juga ngerti. Kalo gitu...?SEDERETAN pertanyaan itu keluar dari mulut Hastaning Sakti, psikolog yang dekat dengan permasalahan remaja. Boleh jadi, pacaran bagi anak remaja dewasa ini dipandang oleh sebagian orang tua meresahkan.Pasalnya, pacaran dinilai akan menurunkan prestasi belajar anak di sekolah hingga adanya kekhawatiran mereka akan terjerumus dalam perilaku tak senonoh. Sementara itu, sebagian orang tua lain membiarkannya karena alasan beginilah perkembangan zaman sekarang.''Ketika remaja menemukan kata gaul, maka mereka mulai belajar pada lingkungannya. Bergaul boleh saja, tentunya dalam arti yang benar dan baik sesuai dengan norma dan aturan,'' kata Hastaning Sakti pada Seminar Free Sex dan HIV/AIDS bertema ''Generasi Muda Antipergaulan Bebas'' di aula SMA 3 Semarang, Sabtu (3/12).Hastaning yang memiliki putri yang masih duduk di bangku SMA itu menceritakan repotnya memahami keinginan kaum remaja. Ia mengatakan, suatu saat anaknya mendapatkan undangan pesta ulang tahun dari seorang temannya. Namun permasalahannya, waktu untuk mendatangi undangan berpesta itu ternyata hingga larut malam, di atas pukul 21.00. Acara yang digelar malam itu tak lain untuk dugem bersama.Dugem alias dunia gemerlap itu seolah telah menjadi gaya gaul yang ngetren bagi remaja masa kini. Bila tidak mengikutinya maka ia dikatakan ketinggalan.''Gaul saat ini diartikan kecenderungan berperilaku dan bertutur yang cenderung pamer serta ada unsur ikut-ikutan. Permasalahan yang mungkin timbul yaitu bagaimana jika gaulnya remaja norak dan terkesan urakan,'' ungkapnya.Urakan yang dimaksud, ujar dia, yakni pergaulan yang sudah melewati batas. Termasuk masalah perilaku seks bebas. Tentu kita ingat kasus pesta seks oleh pelajar SMA di kelas di Cianjur baru-baru ini.Bisa jadi, fenomena itu merupakan kasus yang mirip sebuah gunung es. Hanya terlihat beberapa saja di permukaan. Atau memang sudah demikian, tampilan perilaku remaja saat ini seperti yang digambarkan dalam berbagai adegan film Virgin garapan Hanny R Saputro. Karena itu, kasus-kasus penyimpangan seksual remaja memicu keprihatinan tersendiri.Seminar yang digagas PMR SMA 3 itu, juga menampilkan pembicara dokter Lucky Taufika (Konselor Media Pilar PKBI), dan Andre (Semarang Plus). Sebanyak 250 pelajar SMP-SMA di Semarang yang menjadi peserta seminar memenuhi ruangan aula dan mengikutinya dengan antusias hingga siang hari.Andre menambahkan, HIV/AIDS bisa terjadi pada setiap orang, tanpa bisa mengetahuinya secara fisik. Ia mengingatkan, perilaku seks bebas merupakan salah satu penyebab terjangkitnya HIV/AIDS. ''Karena itu, pemahaman bahaya penyakit ini perlu diketahui secara dini. Jangan sampai anda yang belum terkena AIDS/HIV melakukan hal-hal yang bisa menjadi korban berikutnya,'' tuturnya. (Moh Anhar-56v)Berita Utama Bincang - Bincang Semarang Karikatur OlahragaCybernews Berita KemarinCopyright© 1996-2004 SUARA MERDEKA
Diposting oleh sastrawan di 21:49 0 komentar

Perkembangan Remaja
Tajuk: Akhlak Remaja Masa KiniKhutbah Jumaat : Akhlak Remaja Masa KiniSidang Jumaat yang dirahmati Allah,Saya menyeru kepada diri saya sendiri dan saudara-saudara sekelian agar senitasaminingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, dengan mengerjakan apa yang diperintahdan meninggalkan apa yang dilarang, semoga kita digolongkan dalam mereka yangsentiasa dirahmati oleh Allah s.w.t.Maasyiral Muslimin wa zumratal mukminin rahimakumullah,Hari ini saya inign menyentuh tentang satu perkara. Satu perkara yang mungkindipandang kecil oleh sebahagian orang, tetapi amat penting bagi masyarakatIslam. Kerana ia menentukan keadaan sesebuah masyarakat pada masa akan datang,samada maysraakat tersebut berjaya atau gagal, samada masyarakat tersebutdipandang mulia atau dipandang hina, samada masyarakat tersebut disanjung ataudikeji. Apakah perkara tersebut?Ia tidak lain tidak bukan adalah keadaan akhlak para remaja. Para remaja danbelia adalah tunggak negara. Mereka adalah harapan masyarakat masa akan datang.Mereka akan membina generasi akan datang. Jika runtuh akhlak mereka makaruntuhlah akhlak generasi akan datang. Ini adalah kerana mereka akan menjadi ibubapa kelak. Dan akhlak mereka akan ditiru oleh anak-anak mereka. Maka kita perlumemberikan perhatian kepada pembentukan akhlak remaja kita sekarang ini.Serangkap syair Arab mengatakan:"Seseungguhnya umat yang berakhlak akan kekal. Jika hilang akhlak mereka makahilanglah masyarakat tersebut".Sidang Jumaat rahimakumullah,Ada beberapa aspek keperibadian remaja kita masakini boleh kita banggakan.Remaja kita sekarang ini lebih berpendidikan. Mereka lebih terdedah denganpergolakan dunia dan lebih mengetahui tentang perkembangan masakini dari remajazaman dahulu. Mereka lebih berani mendatangkan idea-idea yang bernas danmenghadapi cabaran-cabaran, tidak kita samada carbaran dari sudut fizikal ataumental. Remaja masakini juga suka menroka bidang-bidang baru bidangkeusahatekwanan. Sifat-sifat ini harus dipupuk dan digalakkan.Kita juga lihat semakin bertambah bilangan remaja Islam yang semakin sedar akanidentiti mereka sebagai orang Islam, terutama dari kalangan pemudi-pemudi yangberpendidikan tinggi. Semakin ramai yang menutup aurat mereka. Semakin ramaiyang mengerjakan solat. Alhamdulillah. Inilah usaha-usaha para pendai', paraasatizah dan mereka yang mempunyai kesedaran untuk mengembangkan nilai-nilaiIslam. Firman Allah s.w.t didalam surah A-Ra'ad, ayat 11:Ertinya: Sesungguhnya Allah tidak mengubah sesuatu kaum sehingga kaum tersebutmengubahnya sendiri.Sidang Jumaat sekelian,Dalam masa yang sama, kita dapat lihat juga semakin ramai anak muda kita, parabelia dan remaja kita, yang terbawa-bawa dengan budaya dan nilai-nilai yangbertentangan dengan Islam. Nilai-nilai negatif ini dapat dilihat dari penonjolanmereka dalam pakaian, pergaulan dan akhlak mereka. Dari sudut pakaian, parapemuda pemudi kita sekarang ini menghadapi cabaran hebat untuk mengenakanpakaian yang bukan sahaja membuka aurat tetapi menjolok mata. Pakaian yangmendedakkan anggota badan seperti peha, lengan, dada dan sebagainya. Para remajabiasanya mudah tertekan untuk berpakaian seperti kawan-kawan mereka yang lain.Sekiranya kawan-kawan mereka berpakaian sedemikian, maka mereka juga akanterdorong untuk berpakaian demikian. Sebagai ibu-bapa kita mesti membentengimereka dari tekanan ini. Apakah cari kita menahan mereka dari terikut-ikutdengan pakaian yang menjolok mata ini? Pertama kita mesti menunjukkan contohyang baik. Apabila kita melarang anak-anak ktia berpakaian yang mendedah aurat,kita juga mesti berpakaian yang menutup aurat. Jangan jadi seperti ketam yangmengajar anakanya berjalan lurus sedangkan dirinya berjalan bengkok. Kedua, kitamesti menanamkan dalam diri mereka sifat bangga terhadap identiti mereka sebagaiorang Islam, bangga dengan pakaian Islam. Mereka perlu fahami mengapa Islammelarang mengikutnya dari memakai pakaian yang membuka aurat, apatah lagi yangmenjolok mata. Sekiranya kaum lain dapat berbangga dengan pakaian mereka, dengankain mereka, dengan serban mereka, mengapa tidak umat Islam berbangga denganpakaian Islam? Mengapa mesti ada sebahagian kita yang malu mengenakan pakaianIslam? Adakah kita menginginkan keredhaan orang bukan Islam, dan bukan keredhaanAllah? Allah s.w.t berfirman dalam surah An-Nisaa, ayat 138 dan 139:Ertinya: Dan berilah khabar kepada orang-orang munafiq bahawa untuk mereka azabyang pedih. Mereka yang mengambil orang-orang kafir sebagai teman-teman penolongdengan meninggalkan orang-orang mukmin. Adakah mereka ingin mencari kemuliandari orang-orang kafir itu? Sesungguhnya kemulian yang hakiki adalah dari Allahsemata-mata.Sidang Jumaat rahimakumullah,Seperkara lagi yang kita dapat lihat sekarang ini, satu tren yang semakin ramaiumat Islam terikut-ikut, adalah mewarnai rambut. Hukum Islam adalah jelas.Mewarnai rambut adalah haram! Ia adalah haram kerana ia merubah penciptaanAllah. Kecuali jika seseorang itu usdah beruban putih, maka ia boleh mewarnairambutnya dengan warna inai sahaja. Tetapi untuk suka-suka mewarnai rambutadalah haram. Hukum ini mungkin tidak diketahui oleh para remaja kita. Olehkerana itu kita lihat semakin ramai dari mereka yang terikut-ikut dengan trenmewarnakan rambut ini. Sebagai ibu-bapa, kita mesti memberitahu mereka bahawaperbuatan mewarnakan rambut adalah haram.Kita juga melihat semakin ramai remaja yang menindik anggota badan mereka. Iniadalah gaya hidup yang amat tidak sihat, dari sudut kesihatan dan agama. Darisudut kesihatan, ia membawa kepada kemudaratan yang lebih. Islam melarangumatnya dari mendedahkan dirinya kepada kemudaratan yang sia-sia. Firman Allahs.w.t dalam surah Al-Baqarah, ayat 195:Ertinya: Dan janganlah kamu mencampakkan diri kamu dalam kebinasaan.Oleh kerana itu Islam mengharamkan perbuatan melobang-lobangkan anggota badandengan sia-sia untuk meletakkan perhiasan besi-besi seperti yang dilakukan olehsebahagian remaja masakini. Sebagai adat, menindik telinga untuk perhiasanadalah dibenarkan kerana ia tidak mendatangkan mudarat. Tetapi menindik lebihdari satu, melobangkan bahagian anggota lain untuk perhiasan sehinggamendatangkan mudharat adalah salah disisi Islam. Ia tidak mendatangkan apa-apafaedah, malah sebaliknya ia membawa masalah. Islam inginkan kemudahan,kebersihan dan kesihatan bagi umatnya.Dan atas prinsip ini juga, Islam melarang umatnya dari memakan bahan-bahan yangmemudharatkan, seperti menyalah-gunakan dadah. Masalah dadah telah menghantuimasyarakat kita dari dahulu lagi. Berbagai usaha telah dilakukan oleh kerajaandan pertubuhan-pertubuhan untuk mengurangkan bilangan masyarakat Islam yangmenagih dadah. Tetapi sedihnya, bilangan tersebut masih lagi ramai. Terlaluramai kalau dibandingkan dengan nisbah masyarakat Islam di Singapura. Maka kitaperlu tanya: apakah pencegah utama bagi masyarakat kita agar tidakmenyalah-gunakan dadah?Jawapannya satu. Memperkukuhkan pegangan kita terhadap ugama Islam. Ibu bapaharus memainkan peranan pencegah ini dari anak-anak mereka masih kecil lagi.Mereka harus menerapkan pendidikan agama dari kecil, semangat cintakan agamaIslam dan berbangga sebagai umat Islam. Terapkan dalam diri mereka nilai-nilaimurni Islam. Inilah benteng yang kukuh dari segala nilai-nilai negatif yangmengancam masyarakat kita sekarang ini. Islam bukanlah hanya satu agama. Islamadalah satu cara hidup. Marilah kita menghayati sepenuhnya ajaran ugama Islam.Marilah kita menerapkan nilai-nilai Islam keseluruhannya dalam kehidupan kita.Baarakallah........Source :
Beberapa Permasalahan Remaja

Oleh Lilly H. Setiono

Team e-psikologi

Jakarta, 13 Agustus 2002

Bagi sebagian besar orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup mereka. Kenangan terhadap saat remaja merupakan kenangan yang tidak mudah dilupakan, sebaik atau seburuk apapun saat itu. Sementara banyak orangtua yang memiliki anak berusia remaja merasakan bahwa usia remaja adalah waktu yang sulit. Banyak konflik yang dihadapi oleh orangtua dan remaja itu sendiri. Banyak orangtua yang tetap menganggap anak remaja mereka masih perlu dilindungi dengan ketat sebab di mata orangtua para anak remaja mereka masih belum siap menghadapi tantangan dunia orang dewasa. Sebaliknya, bagi para remaja, tuntutan internal membawa mereka pada keinginan untuk mencari jatidiri yang mandiri dari pengaruh orangtua. Keduanya memiliki kesamaan yang jelas: remaja adalah waktu yang kritis sebelum menghadapi hidup sebagai orang dewasa.

Sebetulnya, apa yang terjadi sehingga remaja merupakan memiliki dunia tersendiri. Mengapa para remaja seringkali merasa tidak dimengerti dan tidak diterima oleh lingkungan sekitarnya?. Mengapa remaja seolah-olah memiliki masalah unik dan tidak mudah dipahami?

Masa Remaja

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.
Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memhami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi tersebut.

Dimensi Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

Dimensi Kognitif

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.

Dimensi Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam. (Baca juga artikel: Perkembangan Moral)

Dimensi Psikologis

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”. Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati-diri positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para “idola”nya untuk menyelesaikan masalah seperti itu. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja. (Baca juga artikel: Remaja & Tokoh Idola)
Salah satu topik yang paling sering dipertanyakan oleh individu pada masa remaja adalah masalah "Siapakah Saya?" Pertanyaan itu sah dan normal adanya karena pada masa ini kesadaran diri (self-awareness) mereka sudah mulai berkembang dan mengalami banyak sekali perubahan. Remaja mulai merasakan bahwa “ia bisa berbeda” dengan orangtuanya dan memang ada remaja yang ingin mencoba berbeda. Inipun hal yang normal karena remaja dihadapkan pada banyak pilihan. Karenanya, tidaklah mengherankan bila remaja selalu berubah dan ingin selalu mencoba – baik dalam peran sosial maupun dalam perbuatan. Contoh: anak seorang insinyur bisa saja ingin menjadi seorang dokter karena tidak mau melanjutkan atau mengikuti jejak ayahnya. Ia akan mencari idola seorang dokter yang sukses dan berusaha menyerupainya dalam tingkahlaku. Bila ia merasakan peran itu tidak sesuai, remaja akan dengan cepat mengganti peran lain yang dirasakannya “akan lebih sesuai”. Begitu seterusnya sampai ia menemukan peran yang ia rasakan “sangat pas” dengan dirinya. Proses “mencoba peran” ini merupakan proses pembentukan jati-diri yang sehat dan juga sangat normal. Tujuannya sangat sederhana; ia ingin menemukan jati-diri atau identitasnya sendiri. Ia tidak mau hanya menurut begitu saja keingingan orangtuanya tanpa pemikiran yang lebih jauh.
Banyak orangtua khawatir jika “percobaan peran” ini menjadi berbahaya. Kekhawatiran itu memang memiliki dasar yang kuat. Dalam proses “percobaan peran” biasanya orangtua tidak dilibatkan, kebanyakan karena remaja takut jika orangtua mereka tidak menyetujui, tidak menyenangi, atau malah menjadi sangat kuatir. Sebaliknya, orangtua menjadi kehilangan pegangan karena mereka tiba-tiba tidak lagi memiliki kontrol terhadap anak remaja mereka. Pada saat inilah, kehilangan komunikasi antara remaja dan orangtuanya mulai terlihat. Orangtua dan remaja mulai berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda sehingga salah paham sangat mungkin terjadi.
Salah satu upaya lain para remaja untuk mengetahui diri mereka sendiri adalah melalui test-test psikologis, atau yang di kenal sebagai tes minat dan bakat. Test ini menyangkut tes kepribadian, tes intelegensi, dan tes minat. Psikolog umumnya dilatih untuk menggunakan alat tes itu. Alat tes yang saat ini umum diberikan oleh psikolog di Indonesia adalah WISC, TAT, MMPI, Stanford-Binet, MBTI, dan lain-lain. Alat-alat tes juga beredar luas dan dapat ditemukan di toko buku atau melalui internet; misalnya tes kepribadian.
Walau terlihat sederhana, dampak dari hasil test tersebut akan sangat luas. Alat test psikologi dapat diibaratkan sebuah pisau lipat yang terlihat sekilas tidak berbahaya; namun di tangan orang yang “bukan ahlinya” atau yang kurang bertanggung-jawab, alat ini akan menjadi sangat berbahaya. Alat test jika diinterpretasikan secara salah atau tidak secara menyeluruh oleh orang yang tidak berpengalaman atau tidak memiliki dasar ilmu yang cukup untuk mengartikan secara obyektif akan membuat kebingungan dan malah membawa efek negatif. Akibatnya, para remaja akan merasa lebih bingung dan lebih tidak merasa yakin akan hasil tes tersebut. Oleh karena itu sangatlah dianjurkan untuk mencari psikolog yang memang sudah terbiasa memberikan test psikologi dan memiliki Surat Rekomendasi Ijin Praktek (SRIP), sehingga dapat menjamin obyektivitas test tersebut.
Satu hal yang perlu diingat adalah hasil test psikologi untuk remaja sebaiknya tidak ditelah mentah-mentah atau dijadikan patokan yang baku mengingta bahwa masa remaja meruipakan masa yang snagat erat dengan perubahan. Alat test ini tidak semestinya dijadikan buku primbon atau acuan kaku dalam penentuan langkah untuk masa depan, misalnya dalam mencari sekolah atau mencari karir yang cocok. Seringkali, seiring dengan perkembangan remaja dan perubahan lingkungan sekitarnya, konklusi yang diterima dari hasil test bisa berubah dan menjadi tidak relevan lagi. Hal ini wajar mengingat bahwa minat seorang remaja sangat labil dan mudah berubah.
Sehubungan dengan explorasi diri melalui internet atau media massa yang lain, remaja hendaknya berhati-hati dalam menginterpretasikan hasil-hasil yang di dapat dari test-test psikologi online melalui internet. Harap diingat bahwa banyak diantara test tersebut masih sebatas ujicoba dan belum dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Selain itu dibutuhkan kejujuran untuk mampu menerima diri apa adanya sehingga remaja tidak mengembangkan identitas "virtual" yang berbeda dengan diri yang asli. (baca juga artikel: Explorasi Diri Melalui Internet)

Selain beberapa dimensi yang telah disebutkan diatas, masih ada dimensi-dimensi yang lain dalam kehidupan remaja yang belum sempat dibahas dalam artikel ini. Salah satu dari dimensi tersebut diantaranya adalah dimensi sosial.

Tip untuk Orangtua

Dalam kebudayaan timur, masih banyak orangtua yang menganggap anak adalah milik orangtua, padahal seperti yang dituliskan oleh Khalil Gibran: Anak Hanya Titipan Sang Pencipta. Ia bukan kepanjangan tangan orangtua. Ia berhak memiliki kehidupannya sendiri, menentukan apa yang terbaik bagi dirinya. Tentu saja peran orangtua sangat besar sebagai pembimbing. Dalam usia remaja, kemampuan penentuan diri inilah yang semestinya dilatih. Remaja seperti juga semua manusia lainnya – belajar dari kesalahan. Bagi para orangtua ada baiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Mulailah menganggap anak remaja sebagai teman dan akuilah ia sebagai orang yang akan berangkat dewasa. Seringkali orangtua tetap memperlakukan anak remaja mereka seperti anak kecil, meskipun mereka sudah berusaha menunjukkan bahwa keberadaan mereka sebagai calon orang dewasa.
Hargai perbedaan pendapat dan ajaklah berdiskusi secara terbuka. Nasihat yang berbentuk teguran atau yang berkesan menggurui akan tidak seefektif forum diskusi terbuka. Tidak ada yang lebih dihargai oleh para remaja selain sosok orangtua bijak yang bisa dijadikan teman.
Tetaplah tegas pada nilai yang anda anut walaupun anak remaja anda mungkin memiliki pendapat dan nilai yang berbeda. Biarkan nilai anda menjadi jangkar yang kokoh di mana anak remaja anda bisa berpegang kembali setelah mereka lelah membedakan dan mempertanyakan alternatif nilai yang lain. Larangan yang kaku mungkin malah akan menyebabkan sikap pemberontakan dalam diri anak anda.
Jangan malu atau takut berbagi masa remaja anda sendiri. Biarkan mereka mendengar dan belajar apa yang mendasari perkembangan diri anda dari pengalaman anda. Pada dasarnya, tidak ada anak remaja yang ingin kehilangan orangtuanya.
Mengertilah bahwa masa remaja untuk anak anda adalah masa yang sulit. Perubahan mood sering terjadi dalam durasi waktu yang pendek, jadi anda tidak perlu panik jika anak remaja anda yang biasanya riang tiba-tiba bisa murung dan menangis lalu tak lama kemudian kembali riang tanpa sebab yang jelas.
Jangan terkejut jika anak anda bereksperimen dengan banyak hal, misalnya mencat rambutnya menjadi biru atau ungu, memakai pakaian serba sobek, atau tiba-tiba ber bungee-jumping ria. Selama hal-hal itu tidak membahayakan, mereka layak mencoba masuk ke dalam dunia yang berbeda dengan dunia mereka saat ini. Berikanlah ruang pada mereka untuk mencoba berbagai peran yang cocok bagi masa depan mereka. Ada remaja yang menurut tanpa membantah keinginan orangtua mereka dalam menentukan peran mereka, misalnya jika kakek sudah dokter, ayah dokter, kelak iapun “diharapkan dan disiapkan” untuk menjadi dokter pula. Namun ada juga anak remaja yang memang tidak ingin masuk ke dalam dunia yang sama dengan orangtua mereka. Dalam hal ini janganlah memaksakan anak mengikuti kehendak orangtua. Seperti Kahlil Gibran ….anak hanya titipan, ia milik masa depan dan kita milik masa lalu.
Kenali teman-teman anak remaja anda. Bertemanlah dengan mereka jika itu memungkinkan. Namun waspadalah jika anak anda sangat tertutup dengan dunia remajanya. Mungkin ia tidak/ kurang mempercayai anda atau ada yang disembunyikannya.